Gen Z Optimalkan Peran Teknologi dalam Revolusi Nepal

Gen Z menggunakan teknologi selama protes di Nepal

INFOZONE1.ID-Dari memicu protes yang menggulingkan perdana menteri hingga memberi kaum muda platform untuk membahas masa depan politik negara mereka. Media sosial menjadi kunci pemberontakan luar biasa di Nepal minggu ini.

Dipicu sebagian oleh kemarahan atas gaya hidup mewah yang dipamerkan oleh para elit, para demonstran muda antikorupsi, yang sebagian besar berusia 20-an, berunjuk rasa pada hari Senin.

Kelompok yang sebagian besar dianggap sebagai anggota “Gen Z” ini membanjiri ibu kota Kathmandu untuk menuntut pencabutan larangan Facebook, YouTube, dan situs-situs populer lainnya.

Unjuk rasa tersebut berakhir dengan kekacauan dan tragedi, dengan setidaknya 19 pengunjuk rasa tewas dalam tindakan keras polisi pada hari Senin. Aplikasi-aplikasi tersebut dipulihkan, tetapi protes meluas karena kemarahan.

Pada hari Selasa, warga Nepal lainnya bergabung dengan kerumunan. Parlemen dibakar, KP Sharma Oli mengundurkan diri sebagai perdana menteri, dan tentara mengambil alih jalan-jalan.

Kini, banyak aktivis menggunakan aplikasi obrolan grup AS, Discord, untuk membahas langkah selanjutnya.

Satu server dengan lebih dari 145.000 anggota telah menjadi tuan rumah debat sengit tentang siapa yang bisa menjadi pemimpin sementara, dengan banyak yang mendorong mantan ketua Mahkamah Agung berusia 73 tahun, Sushila Karki.

Dari Discord hingga Bitchat, Bagaimana Gen Z Menggunakan Teknologi selama Protes di Nepal?
1. Dominasi Internet di Nepal

Melansir NDTV, lebih dari separuh dari 30 juta penduduk Nepal terhubung ke internet, menurut Bank Dunia.

Beberapa hari sebelum protes, banyak orang telah beralih ke layanan VPN — atau jaringan pribadi virtual — untuk menghindari pemblokiran di berbagai platform.

Dari Discord hingga Bitchat, Bagaimana Gen Z Menggunakan Teknologi selama Protes di Nepal?

Kekhawatiran akan penutupan internet yang lebih luas juga mendorong lonjakan unduhan aplikasi pesan Bluetooth Bitchat, yang diciptakan oleh miliarder teknologi Jack Dorsey.

2. Penggunaan Media Sosial yang Masif

“Teknologi memainkan… peran yang hampir menentukan,” ujar jurnalis Pranaya Rana kepada AFP.

“Semuanya berawal dari anak-anak muda yang mengunggah di media sosial tentang korupsi, dan kehidupan mewah yang dijalani anak-anak pemimpin politik.

” Tagar seperti #NepoKids, kependekan dari nepotisme, membandingkan pakaian desainer dan liburan mewah yang dipamerkan di unggahan Instagram mereka dengan kesulitan yang dihadapi oleh masyarakat Nepal pada umumnya.

Satu unggahan yang disukai 13.000 kali menuduh anak-anak politisi “hidup seperti jutawan”, bertanya: “Ke mana perginya uang pajak?”

“NepoKids selalu menjadi tren,” termasuk di daerah pedesaan tempat Facebook populer, kata aktivis hak asasi manusia Sanjib Chaudhary.

“Ini memicu api” kemarahan yang “telah berkobar sejak lama”, katanya.

3. Pemblokiran Media Sosial

Ketidakpuasan yang mendalam menjadi latar belakang kerusuhan sosial di negara Himalaya tersebut, di kalangan anak muda yang jengkel dengan lambatnya pembangunan ekonomi dan ketidakstabilan politik.

Larangan media sosial pemerintah “tidak bertujuan untuk menekan” tren NepoKids, tetapi waktunya membuat orang-orang “melihatnya sebagai serangan terhadap kebebasan berbicara mereka”, kata Rana.

Seminggu yang lalu, Nepal mengatakan akan memblokir akses ke 26 platform media sosial, dari Facebook hingga X dan LinkedIn, karena gagal memenuhi tenggat waktu pendaftaran di negara tersebut.

Mereka yang telah mendaftar, termasuk TikTok dan Viber, tetap online.

Nepal telah membatasi akses ke platform daring di masa lalu, termasuk Telegram pada bulan Juli.

Pemerintah ingin perusahaan memberi mereka wewenang untuk “melarang kategori ujaran yang luas seperti ‘misinformasi’ atau konten yang dianggap mengganggu ‘harmoni sosial’”, ujar Felicia Anthonio dari kelompok hak digital AS, Access Now, kepada AFP.

Perusahaan Proton VPN yang berbasis di Swiss mengatakan pada hari Senin bahwa pendaftaran dari Nepal telah melonjak 6.000 persen dalam tiga hari.

4. Bitchat Berkembang dengan Cepat

Minat terhadap platform Bitchat milik Dorsey meningkat, yang beroperasi secara luring dan menggambarkan dirinya sebagai cara untuk melawan sensor.

“Ada saat Anda membutuhkannya,” tulis Dorsey di X, mengutip sebuah unggahan yang menggambarkan “peningkatan tiba-tiba” dalam unduhan Bitchat selama protes di Indonesia dan Nepal.

Chaudhary mengatakan pemerintah “sangat meremehkan kekuatan media sosial”.(Red).